Subhanallah.. Kisah Mardiaz Kusin Perwira Polisi Jerih Payah Bangun Pondok Pesantren dari Nol dan Kini Bisa Tampung 180 Santri


Sebuah cerita mengesankan datang dari seorang perwira polisi belum lama ini. Diketahui ia memiliki cerita kehidupan inspiratif dan patut ditiru.

Agus Runcik, merupakan seorang perwira polisi asal Polda Lampung yang baru-baru ini membagikan ceritanya di depan Brigadir Jenderal Polisi Mardiaz Kusin. Usut punya usut ia tengah membangun sebuah pesantren.

Lalu seperti apa jerih payah yang sudah dilakukan? Simak lanjutan ulasan berikut ini.

Sempat Jadi Kepala Sekolah yang Hampir Tutup

Agus Runcik ternyata juga sempat menjadi seorang kepala sekolah di salah satu sekolah yang dikatakannya hampir tutup dan berhenti beroperasi. Hal ini berawal dari seorang guru yang memanggilnya dan memintanya untuk menjadi kepala sekolah.

Dengan senang hati, Agus menerima tawaran tersebut dan dikatakan selama memimpin sekolah yang hampir tutup itu para tenaga pendidik hampir sering tak mendapat gaji, kecuali jika ada orang tua atau wali murid yang bersedekah.

"Alhamdulillah setelah beberapa tahun jenderal sekolah ini bisa menampung ratusan siswa. Setelah itu kami bersama-sama mencari gaji, kadang ada yang gaji kadang enggak ya jenderal. Namanya transmigrasi kekuatannya masih sangat kurang baik, kadang-kadang ada orang tua yang sodakoh," paparnya kepada Mardiaz seperti dalam tayangan Youtube Kisah Inspiratif Seputar Setukpa.

Jadi Ketua Pesantren yang Dibangun dari Nol

Lebih lanjut ia membagikan cerita bahwa dirinya juga menjadi salah seorang ketua di pesantren Bahrul Ulum. Agus mengaku bahwa pesantren tersebut tengah dibangun bersama-sama sedari nol.

Semua dilakukan tentu dengan perjuangan. Hingga pada akhirnya kini pesantren tersebut sudah bisa berdiri dan beroperasi.

"Menjadi ketua pesantren Bahrul Ulum yang kami bangun dari nol jenderal. Berawal dari satu gedung, dan alhamdulillah sekarang sudah boarding," lanjut dia.

Kini Bisa Tampung 180 Santri

Dikatakan oleh Agus bahwa kini pesantren yang dibangun olehnya sedari nol tersebut sudah beroperasi dan mulai menerima para santri. Agus begitu bersyukur karena saat ini, pondok pesantren tersebut sudah dapat diduduki oleh sebanyak 180 orang santri.

"Sekarang sudah diduduki oleh seratus delapan puluh orang siswa jenderal. Semuanya itu berasal dari awal jenderal," lanjut dia menceritakan jerih payahnya.

Berawal dari Agus mendatangkan para guru dari berbagai daerah dan dikumpulkan dalam pondok pesantren tersebut.

Datangkan Guru dari Berbagai Daerah Sampai Cari Makan Bareng-bareng

Usaha Agus dalam membangun pondok pesantren tersebut benar sungguh-sungguh. Ia sampai mendatangkan para guru dari berbagai daerah di Indonesia.

Mulai dari Papua, Kediri, Jawa dan masih banyak lagi. Semua guru dan guru ngaji tersebut dikumpulkan menjadi satu. Kemudian mereka juga mencari makan bersama-sama.

"Awalnya saya datangkan guru ngaji dari macam-macam, ada dari Papua, Kediri, Jawa. Kami membentuk, cari makan bersama dan alhamdulillah sekarang sudah jadi," ungkap dia.