Pemakaman Sunyi Pasien Corona, Keluarga: ‘Jadinya kami pendam sendiri kesedihan ini demi bisa mengantarkan mama ke peristirahatan terakhir’


Terpisahkan, tak ada di saat sakaratul maut, dan tak bisa menghantar ke peristirahatan terakhir, inilah kondisi gambaran pilu keluarga pasien Covid-19.

Mereka yang memiliki anggota keluarga positif terinfeksi virus corona harus bisa berlapang dada ketika anggota keluarganya meninggal dunia.

Sebab, mereka tak lagi dapat melihat, menyentuh atau bahkan mencium jenazah orang terkasih untuk terakhir kalinya, karena hal ini sangat dilarang.

Mereka bahkan tak juga diperkenankan untuk mengikuti proses penguburan, karena dikhawatirkan dapat menyambung rantai penyebaran virus corona.

“Rasanya sangat sedih, di saat kita butuh support dan keluarga, teman atau orang terdekat kita untuk bisa menghadiri pemakaman mama, tapi mereka tidak ada dan situasinya tidak memungkinkan.

Jadinya kami pendam sendiri kesedihan ini demi bisa mengantar mama ke peristirahatn terakhir,” tulis curhat Eva Rahmi Salama, salah satu anak dari pasien positif corona.

Dilansir Suara.com, Eva mengungkapkan bahwa ibunya meninggal dunia setelah lima hari menjalani perawatan dan diisolasi di RS Persahabatan. Sebelum dinyatakan positifCovid-19, mamanya lebih dulu didiagnosa typhus.

Sedihnya, dua hari setelah kepergian mama tercinta, ayahnya yang sakit jantung terpapar virus corona juga menyusul sang istri. Dalam waktu bersamaan, Eva menyandang status yatim piatu sekaligus.

Lagi-lagi, Eva dan keluarga harus berlapang dada, tidak mengantarkan sang ayah ke tempat peristirahatan terakhirnya.